Paijo dan Kartu Namanya

Tulisan ini terinspirasi oleh seorang Danto Adityo Laksono, Ketua TDA Jogja.  Bukannya apa-apa, baru pertama kali ketemu mas Danto Adityo di Koki Joni, sudah di todong pertanyaan begini,
Danto Adityo, Owner Koki Joni. Ketua TDA Jogja

"Mana kartu namamu?" 

Pertanyaan sepele tapi artinya tidak sepele. Kenapa tidak sepele? Silahkan baca cerita dibawah ini. Teman-teman akan mengerti kalau kartu nama itu penting! :)


*****

Seperti kebanyakan orang, kalau sudah waktunya mau wisuda, pasti datang penyakit galau. Itulah yang dirasakan Paijo, seorang mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi swasta. Ia bingung. Ia galau. Mau lanjut ke S2, apa mau kerja saja. Kalaupun kerja, harus kerja dimana. Atau mau buka usaha saja?

"Buka usaha dari Hongkong? Ide nggak ada, modal apalagi!." Kata Paijo dalam hati.

Sambil menyusun skripsinya, ia sibuk mencari lowongan kerja. Ia juga sibuk jalan-jalan. Bukan jalan-jalan untuk bersenang-senang. Tetapi untuk mencari peluang usaha. Ia sibuk mencari inspirasi. Sibuk kesana-sini. 

Berkat keuletan usaha dan doanya yang konsisten dan persisten, akhirnya Allah pun mulai respek sama si Paijo. Allah mulai membukakan satu pintu-Nya. Meskipun pintunya baru terbuka 1/4, tetapi Allah sudah berbisik ke telinga si Paijo. Teman-teman tahu, berbisiknya dimana? di pertigaan lampu merah Gejayan UNY.

Ia melihat satu papan reklame besar. "Syawalan Pengusaha with Mas Mono, Jody Brotosuseno, dan Setyawan Tiada Tara". Tidak tahu kenapa, hatinya bergetar, sangat kuat, seolah-olah hati kecilnya bilang bahwa ia harus ikut acara itu. Iapun langsung mencatat nomor panitia yang bisa di hubungi. Tiket acaranya sebesar Rp 30.000.

Sesampainya di kos, ia melihat isi dompetnya. Tinggal Rp 100.000. Ia mulai memutar otak agak lama. Akhirnya ia membagi 100ribu itu dengan; Rp 30ribu untuk ikut acara Syawalan, 30ribu untuk membuat kartu nama, dan 20ribu untuk di sedekahkan. Yang 20ribu untuk dia makan.

Hari H pun tiba. Ia datang sendiri. Eh, tidak sendiri. Tetapi datang bersama kartunama yang ia buat. Ia tahu, kalau ingin rejekinya tambah, harus sering silaturahmi dan punya banyak kenalan. Makanya ia membuat kartu nama.

Saat acara, ia sangat serius mendengarkan petuah para pembicara. Nah, saat sesi istirahat, ia pasang wajah ramah, ceria dan antusias. Memang benar, wajahnya waktu itu tidak terlihat wajah seorang penganguran yang uang di dompetnya tinggal 20ribu saja. Ia lebih terlihat sebagai pemuda yang sangat semangat. 

Ia pun sibuk berkenalan dengan beberapa orang. Saling bercerita tentang latar belakang masing-masing. Ia pun menceritakan latar belakangnya dan kondisinya sekarang secara jujur. Ia tidak menutupi kekurangannya itu. Ia sebetulnya malu oranglain tahu kalau dia lagi bingung. Tetapi ia harus jujur.

Akhirnya, karena ia ramah, beberapa orang menaruh simpatik sama si Paijo. Saling tukar kartunama pun terjadi. Di kartunamanya Paijo, ada nama aslinya, nomer HPnya, alamat email, facebook, twitter, blog, dan tempat tinggalnya.

Setelah acaranya selesai, ia kemudian beraktivitas seperti biasa. Menyelesaikan skripsinya. Satu minggu, dua minggu, tiga minggu, empat minggu pun lewat. Hutang Paijo kepada warung makan mulai banyak. Ia sudah tidak punya uang lagi. Jatah tinggal di kos juga hampir habis.

Di awal bulan, ketika ia mau berangkat ke kampus, ada sebuah SMS masuk.

"Mas Paijo, ini benar mas Paijo?"
 "Iya. Siapa ya?"
 "Ini saya, Dian. Yang dulu pernah kenalan sama mas Paijo di Syawalan Pengusaha.."
 "Oh, mas Dian. Iya saya ingat, gimana mas?"
 "Begini, besok pagi ada acara?"
 "Tidak. Kenapa mas?"

"Besok ada seminar. Pembicaranya Chairul Tanjung, di UGM. Saya punya tiket 2, tadinya mau sama temen, tetapi dia tiba-tiba ndak bisa ikutan seminar besok. Ada acara mendadak katanya. Ia pulang kampung. Nah, saya mau ngajak mas Paijo buat ganti temen saya itu. Mau? Gratis!"

"Oh ya. Oke, siap mas."

Esok harinya ia pun berangkat ke UGM dengan gagahnya. Sebelum berangkat seminar, ia sempatkan sholat dhuha 4 rekaat.

"Ya Allah, nih aku sekarang lagi bingung. kerjaan ga ada, usaha ga ada, duit lagi ga punya. tolong kasih aku petunjuk buat punya usaha. Supaya nggak merepotkan bapak ibu terus, malu kalo tiap bulan minta kiriman ortu terus. " Itulah doa si Paijo saat shalat dhuha. 

Tumben-tumben ia sholat dhuha. Padahal dulu waktu banyak duit ga pernah sholat dhuha dia. Ternyata, kalau dipikir-pikir, Allah itu ngasih kesulitan memang supaya si Paijo balik lagi sama Allah.. Istilahnya CInta Lama Bersemi Kembali..

Selesai sowan sama Allah, ia langsung tancap gas. Menuju MM UGM. Tidak lupa ia juga membawa kartunamanya yang tinggal sedikit itu. 

"Pak, ini kawan saya. Namanya Paijo. Dia itu suka online. Dia juga punya blog." si Dian mencoba memperkenalkan si Paijo kepada pak Bambang, seoran developer properti di Jogja.

Seminar besar dengan pembicara skala Chairul Tanjung pasti dihadiri oleh orang-orang besar di setiap kota. Pak Bambang, pebisnis properti termasuk salah satunya.

"Oh ya.. Saya lagi butuh partner kerja nih. Saya kan sukanya kerja di lapangan jadi mandor. Jujur saja, saya ga terlalu pinter internet. Kamu bisa bantu saya marketingkan usaha saya di internet, mas Paijo?

"Oh ya, tapi nanti kamu tinggalnya di rumah saya. Rumah saya ada dua. Yang satu nganggur tuh.. Nggak terlalu besar sih, tapi cukup buat 4 orang.."

Si Paijo bingung. Ia bingung mau ngomong apa.  Tawaran usaha sama tawaran tempat tinggal datang bersamaan.

"Alhamdulillah. Iya pak. Saya mau.." Tanggap si Paijo sambil senyum2 sendiri..
 "Tapi, KTP sama ijazah SMAmu saya pegang. biar kamu ndak kabur.."

"Oke. Nanti saya ajak temen2 saya di kampus 3 orang yang lagi kesusahan utk tinggal di rumah bapak, menemani saya, boleh pak?. Terus, Kapan saya bisa mulai bekerja bareng bapak?"

"Terserah kamu. Yasudah. Besok kamu ikut saya di tempat proyek yang lagi saya bangun..."

Beberapa bulan. Ia sibuk mempromosikan properti milik pak Bambang di berbagai milis. Sampai akhirnya terjadi Hot Deal. Properti milik pak Bambang seharga 2 Milyar laku terjual secara kredit. si Paijo sebagai perantara pun mendapat komisi sebesar 3% dari 2 Milyar. berapa coba? Rp 60 juta untuk si Paijo.

Si Paijo senengnya setengah mati. Kalau si Chairul Tanjung itu anak singkong, si Paijo berarti si sarjana singkong. Kok bisa? Ben!

***
Gimana ceritanya? mantep toh? Hehe. Tidak perlu menanyakan cerita di atas nyata atau tidak. Yang penting, setelah membaca cerita di atas, apa langkah pertama yang harus kita lakukan?

Membuat desain kartu nama sekitar 30 menit. Setelah itu sholat dhuha. Langsung deh bawa tuh kartu nama ke percetakan. Buat kartu nama itu berapa toh? 20ribu sudah dapet. Kalau belum punya usaha gimana buat kartunama? Yaelah, gitu aja bingung! Tinggal cantumkan nama, nomor telephon, email, facebook, twitter, dan cantumkan profesinya : Marketing (Makelar Everything). Hehe. 


Nggak apa-apa. Anggap saja ini seperti ikut mata kuliah Jualan dengan 4 SKS. Pasti banyak tuh pengusaha yang pinter buat produk yang butuh tenaga marketing. Masih bingung juga? ke laut aja! :)

Teman-teman TDA Kampus, Ayo buat kartunama! Sebelum kena tilang pak Danto Adityo Laksono, :)

Komentar

  1. Nahh,,pengalaman todong menodong oleh Mas danto saya alami.. ketika ketemu pertama kali yg ditanyakan KARTU NAMA.. bukan yg lain..he..he..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fade Out Management : All About DJ

[Event] SEMINAR DREAM CATCHER MERRY RIANA #DC2015