Ancol, Ikon Wisata Edukasi Terbaik


Apa yang ada dipikiran Anda kalau mendengar kata Ancol dan Dufan? Jawabannya pasti beragam. Ada yang langsung ingat tempat hiburan, tempat jalan-jalan, tempat buat seru-seruan, dan lain sebagainya. Pokoknya, kalau masuk Dufan atau Ancol, pasti fun. Pasti menyenangkan. Saya juga sepakat.



Nah, pernahkan Anda berfikir hal berikut ini: Dufan sangat berpontensi untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Ya. Saya tidak main-main menuliskan kalimat tadi. Sekali lagi saya ulangi, Dufan sangat berpotensi untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Saya sangat yakin itu. Keyakinan ini tidak asal yakin saja. Ada 3 alasan kuat mengapa Dufan bisa berperan besar memajukan pendidikan di Indonesia. 
  1. Komitmen PT Pembangunan Jaya Ancol sebagai kawasan wisata edukasi sudah tidak diragukan lagi. Hal itu bisa dilihat dari aksi konkret manajemen PT Pembangunan Jaya Ancol untuk bersinergi bersama Gerakan Indonesia Mengajar. Wujud dari sinergi itu adalah mengadakan Kelas Inspirasi seperti yang dilansir oleh detik.com pada tanggal 26 Februari 2013. Dan gerakan yang mulia tersebut akan terus berjalan dan tentunya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
  2. Adanya lomba karya tulis mengenai ide-ide baru untuk Ancol. Itu berarti, Ancol sangat terbuka dan welcome dengan ide-ide dari masyarakat.  Hal itu kembali menegaskan bahwa Ancol benar-benar serius untuk mewujudkan Ancol sebagai kawasan wisata edukasi.
  3. Suasana Ancol sendiri. Saat mendengar kata Ancol atau Dufan, pikiran mayoritas masyarakat akan mengarah ke hal-hal yang fun dan menyenangkan. Inilah point pentingnya. Masyarakat bisa belajar di tempat yang menyenangkan. Bukan di dalam kelas yang penuh formalitas dan kekakuan.
Dari tiga alasan diatas, sudah jelas mengapa Ancol sangat berpotensi menjadi ikon wisata edukasi terbaik di Indonesia, bahkan di Asia. Sekarang, mari kita berbicara mengenai ide-ide baru untuk Ancol.

Pertama, saya ingin memposisikan diri sebagai konsumen. Sebagai konsumen, tentu saya ingin mendapatkan lebih selain menikmati wahana. Pergi ke Ancol, saya juga nggak ingin buang-buang duit saja. Saya juga ingin belajar mengubah posisi dari konsumen saya menjadi produsen. Tentu saja di bidang yang berbeda. Misalnya, Ancol mengadakan semacam Ancol Creative Day.

Acara Ancol Creative Day tersebut, misalnya, diikuti oleh berbagai instansi yang akan menyediakan materi workshop yang menarik dan bermanfaat untuk masyarakat , seperti workshop membuat kerajinan tangan, membuat teknologi lampu ajaib, membuat aksesori, melukis dengan teknologi digital, dan ilmu-ilmu lainnya.

Selain workshop, bisa saja Ancol Creative Day diisi oleh puluhan stand pameran dan dimeriahkan dengan aneka kegiatan lomba dan talkshow. Dengan begitu, masyarakat juga belajar bagaimana menjadi produktif. Kalau masyarakat semakin produktif, penghasilan mereka akan meningkat. Dengan meningkatnya penghasilan masyarakat, meningkat pula intensitas masyarakat untuk mengunjungi Ancol. Korelasi yang sangat positif.

Kedua, saya ingin memposisikan diri sebagai orang miskin di desa. Orang miskin kemungkinan besar tidak pernah membayangkan untuk bisa rekreasi ke Ancol. Alasannya klasik, tidak punya uang. Mereka selalu terkurung dalam belenggu bernama kemiskinan. Kalau begitu terus, mereka akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, dan menjadi manusia yang terus dalam kegelapan.

 Satu-satunya cara untuk menerangi kegelapan mereka akan masa depan adalah dengan membantu mereka melihat dunia yang lebih luas, seperti Ancol. Entah itu dalam bentuk semacam beasiswa Ancol Scholarship atau program magang di Ancol dam program lainnya. Dengan begitu, mereka bisa diberdayakan, pikiran mereka menjadi terbuka. Mereka bisa melihat sesuatu yang baru.

Apalagi kalau orang miskin tadi berkesempatan untuk ikut acara Ancol Creative Day yang saya usulkan tadi. Mata orang miskin tadi menjadi lebih tajam, mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Sekembalinya dari Ancol, mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka untuk lebih produktif. Itu.

Ketiga, saya memposisikan diri sebagai mahasiswa. Sebagai mahasiswa yang masih fresh dan minim pengalaman, tentu akan sangat senang kalau saya dipanggil oleh PT Pembangunan Jaya Ancol untuk menjadi volunteer kegiatan sosial Ancol. Seperti Kelas Inspirasi yang saya sebutkan di atas misalnya. Dengan adanya kesempatan untuk menjadi volunteer kegiatan Ancol, maka saya akan mendapatkan pengalaman lebih, relasi lebih, yang tidak saya dapatkan di kampus. Kalau ini diadakan, akan menjadi sinergi yang sangat bagus, bukan?

Keempat, saya memposisikan diri sebagai pemerintah. Sebagai pemerintah, keinginan utama saya adalah keinginan dari masyarakat itu sendiri. Ancol menjadi kawasan wisata yang bisa dibanggakan oleh Indonesia, menjadi tempat hiburan keluarga yang menyenangkan, dan menjadi salah-satu perusahaan yang bisa menyerap banyak tenaga kerja. 

Saya kira itu yang bisa saya sampaikan lewat tulisan ini. Saya benar-benar tidak bisa melakukan hal yang lebih kongkret dalam urusan mewujudkan Ancol sebagai ikon wisata edukasi, selain dengan tulisan ini. Tapi itu hanya tulisan. Itulah kenapa saya sangat mendukung pihak-pihak yang lebih kongkret, secara terus menerus melakukan inovasi di bidang edukasi seperti yang dilakukan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol. tbk sekarang ini. Untuk masyarakat yang lebih cerdas lagi. Untuk Indonesia lebih baik lagi.

Kontributor : Rizqi Akbar Syah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fade Out Management : All About DJ

[Event] SEMINAR DREAM CATCHER MERRY RIANA #DC2015