Brand Gardener Ala Kopi Kultur
"Brand @kopikultur dibangun bukan sekadar tentang kopi sebagai komoditas, tapi cerita-cerita yg ada dibalik secangkir kopi."
Malam minggu ini asyik banget. Gimana nggak asyik? Komunitas TDA Jogja kedatangan tamu dari Jakarta dan Bali. Adalah mas Handoko Hendroyono, seorang creative story telling dan penulis buku Brand Gardener dan Mas Ayip dan team, pemilik brand Kopi Kultur, Coffee with True Story.
Bertempat di Angkringan Galau, TDA Jogja dan TDA Kampus Jogja mengadakan kopdar dengan nara sumber mas @Handoko_H, mas @ayipbali mas @dickylopulalan dan mas @raibangsawan. Meskipun hujan, acara sharing bareng malam itu berlangsung ramai dan sangat interaktif. Acara sharing dimulai pukul 20.00 WIB.
Sharing pertama, di isi oleh mas @ayipbali. Beliau mulai bercerita tentang sejarah kopi Indonesia sejak abad 16. Meskipun sudah lama, tapi brand kopi Indonesia tak pernah berjaya di dunia. Indonesia yang berabad-abad adalah negara 'kopi' justru malah 'dijajah' oleh negara lain yang nggak punya kebun kopi kayak Italia atau Starbucks.
"Perjuangan petani kopi di Indonesia bahkan sudah mampu mengubah sistem politik kolonial Belanda, pada masa Max Havelar. Kalau kita telusuri, Indonesia memiliki ragam kopi yang luar biasa. Tapi, cuma bisa jual barang mentahnya aja.. Where have you bean? Itulah pertanyaan yg bikin saya dan kawan-kawan jengah dan kemudian kita bikin kopi kultur.." mas Ayip membuka perbincangannya.
Mas Ayip menyampaikan bahwa brand kopi kultur dibangun bukan sekadar tentang kopi sebagai komoditas, tapi lebih ke cerita-cerita yang ada dibalik kopi. Karena, kopi kultur bukan hanya tentang membangun image produk, tapi juga mendorong perubahan. Ada spirit of movement-nya disitu.
"Brand kopi besar selalu mengatakan the best coffee. Tapi, kopi kultur memilih mengatakan the right coffee, kopi yang diproses secara baik.
The right coffee adalah cara cerdas untuk melawan perdagangan kopi mainstream.
Atas dasar itulah kemudian kopi kultur memilih slogan Coffee with true story. Dalam proses perdagangannya, dari mulai olah tanahnya, perawatannya, petik buah matangnya, pemilahan, pemanggangan, sampai penyeduhannya betul-betul kami perhatikan. Karena, kopi sangat tergantung dimana dia tumbuh.." Tambah mas Ayip.
Dalam praktek sehari-harinya, kata mas Ayip, kopi kultur punya terminasi-terminasi khusus. Misalnya, theatre of coffee dan Coffee Planet.
"Theatre of Coffee itu, atraksi nyeduh kopi di kedai kita, di kedai kopi kultur. Kalau Coffee Planet ini gerakan membangun jejaring dengan para petani kopi di Indonesia. Kemudian, hasil dari petani-petani itu di-tes bersama para pengunjung kopikultur dalam program Cupping is Believing. Kopinya darimana, gimana lingkungannya, apa yang bikin beda dan after tes, gimana rasanya di mulut.." Tutur mas Ayip.
Apa yang dilakukan kopi kultur mendapatkan apresiasi positif dari berbagai kalangan seperti orang-orang besar seperti desainer, aktivitis, politisi, seniman, dan lainnya. Apresiasi dan kehadiran banyak tokoh berintegritas di kedai kopi kultur yang mengabarkan melalui social media itulah yang membuat produk Kopi Kultur mencuat.
"Sebuah brand yang membawa kebaikan dan visi yang besar di dalamnya, harus direncanakan dengan baik. Supaya apa? Supaya banyak kemenangan-kemenangan kecil yang kita raih. Prestasi kecil tapi sering kita raih akan menstimulus kita untuk selalu semangat berkarya.." Mas Ayip mengakhiri sharingnya.
Sharing berikutnya di isi oleh mas @Handoko_H. Beliau mempresentasikan materi tentang Do Good Thing dari kacamata social media atau media digital.
"Kebaikan yang di-sharing adalah kekuatan kita. Sharing is the new currency. Ada banyak cara membangun brand dari sebuah kebaikkan itu. Salah satunya ya dengan modal percakapan. Conversation Capital. Contohnya seperti apa yang dilakukan mas Ayip dan mas Rai, ngobrol dengan petani.." Tutur mas Handoko
Kekuatan story telling, menurut mas Handoko, sangat dahsyat di era digital ini. You are what you share. Kita harus bisa mewakili brand kita. Ketika mulai membangun brand, nggak selalu harus dimulai dengan uang. Tapi bisa dengan ide dan tulisan yang bisa jadi pijakan ke depan.
"Kita harus belajar terus menerus. Era komoditi telah lewat, sekarang era passion, kesungguhan hati. Sekarang bukan era pencitraan lagi, tapi era berbagi pengalaman. Saya dan partner saya, mas Luthfi Hasan yang suka ngumpulin barang-barang bekas, lagi membangun Jakarta Vintage dimana membuat furniture tanpa menebang pohon.." Kata mas Handoko.
Di acara itu, mas Handoko juga memperkenalkan DoInc. What is DoIc? : A community based social movement with the Doing generation that wants to innovate the next big thing in digital age entrepereneurship.
"Percakapan di social media harus dirancang supaya dapet makna. Followlah orang orang yang passionnya sama dengan kita.. " Mas Handoko mengakhiri sharingnya.
Setelah semuanya sharing, tinggal sesi tanya jawab dan ngobrol santai. Dan ini cukup seru. Gimana nggak seru, ngobrolnya sampai pukul 23.00 WIB. Sampai-sampai saya disuruh berhenti ngobrolnya sama saudaranya mas Handoko karena waktu sudah malam dan beliau-beliau ini harus istirahat untuk melanjutkan perjalanan esok hari.
Terima kasih banyak mas Handoko, mas Ayip, mas Rai, mas Dicky, dan team. Semoga lain waktu bisa bersua kembali dalam suasana yang lebih menyenangkan. Amiin. *jadi penasaran bangeettt kepengin nyicipi kopi kultur! :(
By the way, tulisan ini saya dedikasikan buat kawan-kawan TDA Jogja dan TDA Kampus yang nggak sempet datang ke Angkringan Galau Sabtu sore kemarin. Semoga ada manfaatnya.
Kalau nggak datang, saya dengan senang hati berbagi 'isi' dari kopdar TDA kemarin supaya yang nggak datang bisa dapet ilmunya juga.
Tapi perlu saya garis bawahi, insya Allah lebih banyak manfaatnya datang ke kopdar daripada baca tulisan ini saja. Karena apa?
Kalau dateng langsung ke kopdar, silaturahminya dapet, ilmunya dapet, kedekatan personal dapet, ngobrol-ngobrolnya dapet, foto barengnya dapet, dan siapa tahu ketemu jodoh. :p
Yang terakhir ini perlu di cetak tebal karena memang penting buat yang masih bujangan dan perawan.
Yang terakhir ini perlu di cetak tebal karena memang penting buat yang masih bujangan dan perawan.
...........
Penulis :
Bong Rizqi
Luar biasa
BalasHapus